HARIANMERDEKA.ID,Martapura|Drone Hybrid Vertical Take Off and Landing (VTOL), Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) milik Direktorat Topografi Angkatan Darat (Dittopad) yang memiliki kemampuan menjelajah medan sejauh 45 km selama 50 menit akan diuji kemampuannya dalam Latancab TNI AD Kartika Yudha 2019.
Hal tersebut disampaikan Komandan Tim Dukungan Topografi Mayor Ctp Edi Nursantosa, S.Si., M.Sc., dalam keterangannya di Puslatpur, Martapura, Rabu (14/8/2019).
Diungkapkan Edi Nursantosa, keterlibatan Tim Dittopad sebagai dukungan topografi dan penggunaan Alut mereka Drone Hybrid VTOL dalam Latancab kali ini merupakan hal yang baru.
"Dukungan yang kita berikan dalam latihan ini berupa penyediaan, penyajian, dan dukungan informasi topografi, baik berupa peta topografi maupun produk topografi lainnya,"ungkapnya.
"Secara khusus, kali ini, dengan menggunakan Drone Hybrid VTOL kita akan membantu penyelenggara maupun peserta latihan sesuai peran masing-masing,"imbuhnya.
Dikatakan Edi, di tengah pesatnya teknologi militer, TNI AD telah melakukan langkah modernisasi Alut Sistanya. termasuk untuk kecabangan Topografi.
"Tuntutan kemampuan manuver bagi satuan tempur yang cepat, tidak hanya dipenuhi dengan kendaraan tempur semata, namun juga harus diimbangi sistem pendukung lainnya, seperti sistem penginderaan jauh yang mampu memberikan informasi medan/topografi secara akurat,"jelasnya.
"Dalam hal ini, penginderaan jarak jauh untuk informasi medan dan topografi. Apalagi dengan sistem yang modern, data informasi tersebut dapat dengan cepat dipasang di perangkat lunak perorangan maupun satuan, maka peran Topografi dalam pertempuran juga menjadi vital," tambah Edi.
Untuk mendukung tugas dan perannya tersebut, menurut Edi, Drone Hybrid VTOL merupakan salah satu alternatif jawaban yang tepat saat ini.
"Drone Hybrid VTOL, baru dimiliki Dittopad. Dengan sayap jenis Fixed Wing, produk dalam negeri ini dapat terbang menyusuri berbagai medan sejauh 45 km dengan durasi terbang sekitar 50 menit,"terang Edi.
Ini sangat penting, lanjut Edi, karena kondisi medan Indonesia yang berbukit dan hutan tropis, memerlukan pesawat yang ramping, daya jangkau jauh dan memiliki kecepatan dan akurasi penginderaan yang bagus.
"Keunggulan lainnya, dari pesawat baru milik Dittopad ini yaitu, terletak kemudahaan saat take off dan landing secara vertikal. Dengan kontruksinya, drone ini tidak membutuhkan area landasan yang luas serta dapat diterbangkan dari area hutan dan medan yang bervariasi," jelas Edi.
"Juga di dalamnya dilengkapi dengan kamera udara untuk untuk mendukung pembuatan peta dan video untuk topografi maupun pengintaian medan dan musuh," ujarnya.
Dalam tahap persiapan latihan maupun operasi, tambah Edi, Drone Hybrid VTOL dapat digunakan untuk pembuatan peta, penyiapan daerah latihan, Ã atau daerah operasi pertempuran dan ploting rencana kedudukan satuan manuver, Banpur dan Banmin melalui pemotretan udara yang menghasilkan Peta Topografi Rahlat/Rahops.
"Dalam tahap tertentu, kamera foto dan video Drone Hybrid VTOL dapat digunakan pula untuk mengetahui tingkat kerusakan yang diakibatkan pasca pertempuran melalui pembuatan peta pengendalian kerusakan daerah (Dalsakrah)," pungkasnya.
0 Komentar