
Orang yang merendahkan leluhurnya, artinya telah membuang investasi akal budhi yang telah diinvestasikan selama ratusan ribuan tahun oleh leluhurnya. Menggantinya dengan sesuatu yang masih belum jelas keefektifan dan manfaatnya. Lebih celaka lagi kalau ternyata cuman diperalat bangsa lain.
Bangsa yang kehilangan leluhur yang dapat dihormatinya adalah bangsa yang paling celaka. Karena ia tidak lagi punya model dan arah kompas bagaimana harus mengembara di dalam kemenduniaannya. Lihat saja bangsa Mesir, atau Persia, mereka bingung kemana harus mengarahkan bangsanya, karena keluhuran leluhurnya telah disirnakan. Pun kalau ada yg disebut "leluhur" sudah tidak lagi luhur karena mereka bukan model yang bisa diteladani karena tidak memiliki keorisinalitasan jiwa, melainkan hanya peniru atau pembebek dari bangsa lain yang tentu saja tidak mengundang rasa hormat yang sesungguhnya (apakah orang yg semacam itu anda merasa hormat?). Tentu saja mereka saat ini sudah gamang karakter. Serba tidak jelas kecuali dongeng2 imitasi dari tokoh2 rekayasa yg tidak senyatanya demikian (kecuali hagiografi dilebih2kan). Nyatanya, promosi sedemikian kuat tapi dunia tidak meresponnya kecuali kalangan sendiri.
Seseorang menjadi luhur karena berprestasi. Memberi suatu jasa sumbangsih kepada masyarakatnya. Otomatis kita jadi hormat terhadap sifat jiwa yang semacam itu tanpa perlu dibuat-buat atau dipaksakan, bukan penghormatan karena ditakut-takuti atau karena rasa keterpaksaan.
Salah satu cara yang efektif untuk menghancurkan suatu bangsa adalah dengan memutuskan hubungan mereka dengan leluhurnya. Tiongkok, Jepang, Korea & Israel, mereka bangsa yang paling kuat mempertahankan jati diri bangsa dari leluhurnya. Bahasa mereka masih sama dengan bahasa mereka ribuan tahun yang lalu.
Penulis :Sigid Budi Santoso
Penulis :Sigid Budi Santoso
0 Komentar