HARIANMERDEKA.ID,Jakarta- Menurut data Kementerian ESDM pada tahun 2020, Indonesia memiliki sumber daya bijih nikel sebesar 11.887 juta ton dan cadangan bijih sebesar 4.346 juta ton. Sedangkan untuk total sumber daya logam mencapai 174 juta ton dan cadangan logam sebanyak 68 juta ton Minggu (04/07) dilansir dari duniatambang.co.id
Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelono (14/10), mengatakan bahwa daerah Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara adalah daerah yang memiliki potensi paling besar di Indonesia. Sementara itu, seperti dilansir oleh IDXChannel.com pada tahun 2019 tahun lalu , Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia yaitu mencapai 21 juta ton atau setara dengan 22% cadangan nikel global setelah Australia, Brazil, dan Rusia yang masing-masing memiliki cadangan nikel sebesar 20 juta ton, 16 juta ton, dan 7 juta ton.
Hal tersebut mendorong pemerintah untuk meningkatkan potensi investasi pada hilirisasi tambang mineral seperti produk turunan nikel menjadi baterai listrik. Dalam acara “Pembekalan Kunjungan Lapangan Isu Strategis Nasional LEmbaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) ke-61 pada Jumat (18/06) lalu.
Luhut Binsar Pandjaitan selaku Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI mengatakan bahwa Indonesia akan meningkatkan produksi nikel karena adanya smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang akan mulai beroperasi tahun ini untuk menghasilkan Mix Hydroxide Precipitate (MHP).
Selain itu, Luhut juga menambahkan terdapat beberapa kawasan industri yang mengembangkan produk turunan nikel dan bauksit yang tersebar di Indonesia. Berikut beberapa kawasan industri tersebut yaitu Kawasan Industri Galang Batang, Kawasan Industri Morowali Utara, Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), dan Indonesia Weda Bay Industrial Park.
0 Komentar