Sekjen DPP PDIP, Hasto Kristiyanto, saat jumpa pers di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (1/2)/RMOL
HARIANMERDEKA.ID, Jakarta- Insiden terkait penurunan alat peraga kampanye (APk) milik PDI Perjuangan oleh oknum yang diduga adalah pasukan pengamanan presiden (Pasprampres) Insiden tersebut terjadi pada saat Kepala Negara melakukan kunjungan kerjanya di Gunung kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa kemarin (30/01).
Terkait hal itu, DPP PDI Perjuangan saat ini masih menunggu merespon dari Presiden Joko Widodo.
“Kami saat ini masih menunggu respons dari Bapak Presiden terkait dengan upaya-upaya menurunkan bendera peserta pemilu,” tegas Hasto Kristiyanto, Sekjen DPP PDI Perjuangan pada saat jumpa pers di Kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, dilansir dari Rmol Kamis (01/02).
Menurut Hasto, atas insiden itu, harusnya Presiden Jokowi merespon hal tersebut, mengingat bahwa peristiwa tersebut bukan pertama kali ini, beberapa kali peristiwa serupa menimpa PDIP. Ia pun menyesalkan cara-cara intimidatif tersebut terus digunakan oleh penguasa saat ini.
“Sebelum-sebelumnya, juga sudah terjadi, hanya saja kami menempuh jalan kesabaran.Namun ketika ini sudah berkaitan dengan struktur kami di tingkat yang paling bawah dan mereka (kader PDIP) menyatakan akan membela bendera PDIP yang sudah dikibarkan dengan penuh militansi menjaga bendera itu, maka itu simbol gerakan rakyat,” paparnya.
Berdasarkan pengakuan, Ketua DPC PDIP Kabupaten Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih mengatakan bahwa kader partainya itu mendapatkan intimidasi dari orang yang diduga sebagai Paspampres.
Dijelaskan,dalam peristiwa ini,kata Endah, ada unsur kekerasan yang dialami oleh kadernya pada saat membentangkan spanduk dukungan pada Ganjar Pranowo.
Selain itu juga, ada oknum yang mengaku sebagai Paspamres meminta agar bendera PDIP diturunkan.
“Tadi malam (Senin, 29/1), kader PDIP juga diintimidasi untuk menurunkan bendera partai. Lalu, mereka melaporkan ke saya sebagai penanggungjawab partai tertinggi di Gunungkidul,” ucap Endah kepada wartawan Rabu (31/01). (***).
0 Komentar