HARIANMERDEKA.ID- Jakarta-Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menggunakan forum silaturahim sebagai alat untuk memperkuat persaudaraan dan membangun kemajuan bersama. Pernyataan ini disampaikannya dalam acara Silaturahim Halalbihalal 1445 Hijriah di Auditorium K. H. Ahmad Azhar Basyir, MA., Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), di Tangerang Selatan pada hari Rabu.(24/04)
"Hubungan itu tidak selalu berjalan positif, selalu ada dinamika. Maka bagaimana silaturahim ini menjadi semangat kita bersama. Jadi silaturahim bukan sekadar menyambung yang telah biasa kita sambung, tetapi menyambung yang sempat terputus," ungkap Haedar dalam sambutannya.
Dia menyoroti pentingnya memperbaiki hubungan yang terputus dan merekatkan kembali persaudaraan di tengah masyarakat, terutama yang mengalami ketegangan akibat dinamika politik pasca Pemilu 2024.
Menurut Haedar, perbedaan adalah hal yang wajar dalam kehidupan, baik dalam konteks politik maupun sosial. Namun, perbedaan tersebut tidak boleh menjadi penyebab perpecahan yang mengancam persatuan dan keberagaman bangsa.
Dia menekankan bahwa semangat silaturahim harus ditanamkan bersama dan tidak boleh menunggu inisiatif dari pihak lain untuk memperkuat persatuan.
Haedar juga mengingatkan agar Muhammadiyah senantiasa memiliki semangat untuk menyatukan, memajukan, dan mendidik bangsa melalui silaturahim.
"Kuncinya terletak pada hati nurani. Ketika ada perbedaan, kita harus bertindak secara dewasa dan bijaksana dalam menanggapi situasi tersebut. Hanya dengan cara itu, kita dapat menikmati keindahan keberagaman dengan tetap memelihara nilai-nilai persaudaraan," katanya.
Di sisi lain, Rektor UMJ, Prof. Dr. Ma’mun Murod, menyampaikan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan kepada UMJ sebagai tuan rumah acara silaturahim dan Halalbihalal Keluarga Besar Muhammadiyah.
Pada kesempatan tersebut, Ma’mun juga mengajak semua peserta untuk membangun perdamaian dan kebersamaan dalam menghadapi berbagai perbedaan, sebagaimana yang tercermin dalam pembacaan syair dari Muhammad Iqbal, seorang penyair dari Pakistan.
0 Komentar