Di Tangan Jokowi, Negeri Ini Penuh Keajaiban

Oleh: Alifurrahman.
HARIANMERDEKA.ID|Freeport adalah keajaiban. Puluhan tahun dibicarakan, menjadi komoditas politik setiap pemilu, menjadi perusahaan yang terlalu kuat dan mustahil ditaklukkan. Tapi hari ini, Freeport milik Indonesia. Tunduk dengan segala aturan yang ada.

Jalan protokol membelah hutan Papua. Jalan tol bersambung di seluruh pulau Jawa dan Sumatera. Bandara, pelabuhan dan terminal dibangun megah di mana-mana. Dan semua pembangunan ini dilakukan saat negara-negara lain sedang berjuang keluar dari tekanan karena perlambatan ekonomi pada tahun 2015.

Gerakan 212 dengan jumlah massa lebih besar dari 98, nyatanya tak mampu menggoyang kursi Presiden. 

Bahkan Jokowi dengan tenang hadir di hadapan mereka, menyapa ratusan ribu orang yang selama berhari-hari menghina dan mencaci maki dirinya.

Rusuh hasil hitung suara Pilpres berlangsung selama 2 hari 3 malam. Untuk pertama kalinya, demonstran kita memiliki strategi ampuh untuk meladeni Polri dan bertahan lebih dari semalam. Suara kudeta menggema di mana-mana. Ratusan peluru ditebar untuk memfitnah aparat. Dari Amien Rais hingga Fadli Zon kompak menaikkan emosi publik dengan ratusan peluru yang diklaim sebagai peluru aparat dan ditembakkan pada demonstran. Beberapa orang demonstran meninggal dunia, diumumkan oleh ahli tata kata Anies Baswedan. Tapi, pada akhirnya kembali normal. Bahkan Prabowo kini berkerja dan tunduk pada Presiden Jokowi.

Di tangan Jokowi, negeri ini pernuh keajaiban.

Begitupula dengan Corona atau Covid19. Banyak orang menekan Presiden untuk melakukan lockdown. Saya maklum kalau yang menekan adalah geng HTI, ormas ilegal yang tetap ngeyel menebar propaganda. Tapi yang menyuarakan lockdown itu banyak dari relawan Jokowi sendiri. Artis, salah dua partai koalisi, MUI sampai IDI. Masih ditambah dengan suara dua mantan, JK dan SBY.

Mereka membuat banyak perbandingan.

Jangan sampai Indonesia seperti Italia yang lambat lockdown, katanya. Lihatlah New York yang mulai bersiap lockdown tapi ekonominya diprediksi tetap bergerak. Atau lihatlah India sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia nyatanya berani melakukan lockdown.

Lalu kini, satu persatu negara-negara yang mereka jadikan contoh itu mengalami kerusuhan dan krisis. Penjarahan di mana-mana. Orang-orang lapar mulai berontak dan berteriak melawan aparat.

Di Italia, setelah 3 pekan lockdown, orang mulai frustasi. Kehabisan bekal. Meminta aparat untuk datang ke rumah dan menengok kondisi keluarganya yang kehabisan makanan. Sementara bank tutup dan uang pensiunan tak bisa diambil.

Video seorang ayah dan putrinya yang hanya memakan satu roti dalam sehari beredar luas. “Yakinlah anda akan menyesal karena akan terjadi revolusi,” ancam seorang ayah dalam video tersebut.

Di India juga sama. Baru 4 hari, orang-orang sudah sterss dan melawan aparat. Penumpukan terjadi di terminal. Ratusan ribu orang mengantri bus untuk pulang kampung. Ribuan orang duduk di pinggir jalan, menunggu selama 6-8 jam untuk mendapat jatah makan dari pemerintah. Ribuan orang terpaksa jalan kaki ke kampung halamannya, menempuh ratusan kilometer karena tak punya kendaraan. Sementara bus atau transportasi umum penuh, dan tiketnya sudah selangit.

“kami mungkin akan mati sebelum terjangkit Corona,” kata salah seorang warga India yang sedang jalan kaki menuju kampung halamannya.

Lalu kemarin, Trump mengumumkan untuk membatalkan keputusan untuk lockdown New York. Karena dampak sosial dan ekonomi diprediksi akan jauh lebih mengerikan dari penyebaran virus Corona.

Jika melihat konflik dan kerusuhan yang terjadi di berbagai negara, maka kita bersyukur Presiden Jokowi lebih sabar dalam mengurai masalah. Tidak asal lockdown. Tapi fokus bekerja. Mengimpor obat klorokuin dan avigan. Memberikan bantuan tambahan untuk pemegang Kartu Sembako. Mempercepat bantuan transfer kepada pemegang Program Keluarga Harapan. Menunda dan meringankan aneka cicilan. Mengupayakan ketersediaan APD. Mendatangkan alat kesehatan dari berbagai negara untuk menunjang perawatan. Bangun rumah sakit khusus penanganan Corona.

Presiden juga menyampaikan terima kasih kepada dokter dengan memberikan bonus bulanan selama terjadi wabah. Dokter spesialis Rp15 juta perbulan. Dokter umum dan gigi Rp10 juta perbulan. Bidan dan perawat Rp7.5 juta perbulan. Tenaga medis lainnya Rp5 juta perbulan. Kongkrit.

Lockdown itu hanya pilihan orang-orang yang tak bisa bekerja. Seperti di Jakarta yang membatasi transportasi massal dan membuat orang menumpuk di mana-mana.

Kalau Presiden mau mengikuti nasehat atau saran lockdown, mungkin hari ini negara kita sudah tidak setenang sekarang.

Jadi berhentilah menuntut lockdown, kecuali kalian mau berdiri sebaris dengan HTI yang menginginkan kerusuhan dan menawarkan khilafah sebagai pengganti NKRI dan Pancasila. Begitulah.

0 Komentar

Posting Komentar
HarianMerdeka Network mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.Kirim lewat WA Center: 085951756703
DMCA.com Protection Status